Dari Tukang Kebun jadi Dosen, ini Kisah Mbah Saring

Views: 32
0 0
Read Time:2 Minute, 27 Second

Abdurrahim, yang akrab disapa Mbah Saring, lahir pada 17 Februari 1974 di Desa Sulit Air, Solok, Sumatera Barat. Sejak muda, ia dikenal sebagai sosok yang tekun dan pekerja keras. Pada tahun 2000-an, Mbah Saring merantau ke Lampung dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Di sana, ia bekerja sebagai tukang kebun di Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, sebuah perguruan tinggi swasta terkemuka di Bandar Lampung.

Sebagai tukang kebun, Mbah Saring menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi. Setiap hari, ia merawat taman kampus, memastikan tanaman tumbuh subur dan lingkungan tetap asri. Namun, di balik kesibukannya, ia menyimpan keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan yang sempat terhenti. Setiap kali melihat mahasiswa berlalu-lalang dengan buku di tangan, semangat belajarnya semakin berkobar.

Kesempatan emas datang ketika Yayasan Alfian Husin, yayasan yang menaungi IIB Darmajaya, menawarkan beasiswa bagi karyawan yang ingin melanjutkan pendidikan. Mbah Saring tidak menyia-nyiakan peluang ini. Dengan semangat membara, ia mendaftar dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Sistem Informasi di kampus tempatnya bekerja.

Menjadi mahasiswa di usia yang tidak lagi muda tentu bukan hal mudah. Namun, Mbah Saring membuktikan bahwa usia bukanlah halangan untuk belajar. Ia mengikuti perkuliahan dengan tekun, mengerjakan tugas tepat waktu, dan aktif berdiskusi dengan dosen serta rekan-rekan mahasiswa yang usianya jauh lebih muda. Perjuangannya membuahkan hasil; ia berhasil meraih gelar sarjana dengan prestasi yang membanggakan.

Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Mbah Saring tidak berhenti sampai di situ. Ia melanjutkan studi ke jenjang magister dan berhasil meraih gelar S2. Dengan bekal pendidikan tersebut, ia dipercaya menjadi staf perpustakaan di IIB Darmajaya. Peran barunya ini membuatnya semakin dekat dengan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Sebagai staf perpustakaan, Mbah Saring tidak hanya bertugas mengelola buku dan referensi, tetapi juga membantu mahasiswa dalam mencari sumber belajar yang tepat. Ia menjadi sosok yang akrab di kalangan mahasiswa, selalu siap membantu dengan senyum ramah dan peci khas yang selalu dikenakannya. Dedikasinya membuatnya dijuluki “juru kunci” perpustakaan oleh para mahasiswa.

Tidak berhenti sebagai staf perpustakaan, Mbah Saring juga dipercaya menjadi dosen mata kuliah agama di IIB Darmajaya. Perjalanan dari tukang kebun hingga menjadi dosen adalah bukti nyata bahwa dengan tekad dan kerja keras, seseorang dapat mengubah nasibnya. Sekretaris Yayasan Alfian Husin, Dr. Ir. H. Firmansyah YA, MBA, M.Sc., menyatakan kekagumannya terhadap Mbah Saring. “Abdurrahim, atau Mbah Saring, adalah contoh nyata dari seseorang yang menjalani hidup dengan ketekunan dan dedikasi. Dari seorang tukang kebun hingga menjadi penjaga ilmu pengetahuan dan dosen yang menginspirasi banyak orang,” ujarnya.

Kisah Mbah Saring menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa latar belakang dan usia bukanlah penghalang untuk meraih impian. Dengan semangat belajar yang tak pernah padam, ia berhasil mengubah hidupnya dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

Kini, di usianya yang ke-50 tahun, Mbah Saring tetap aktif berbagi ilmu dan pengalaman. Ia menjadi teladan bagi mahasiswa dan rekan-rekannya, menunjukkan bahwa dengan ketekunan, kerja keras, dan semangat belajar, segala sesuatu mungkin dicapai. Kisahnya mengajarkan kita bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar dan meraih impian.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *